Analisis Pembiayaan : Mengapa Emiten Laba Terkoreksi Masih Terbitkan Right Issue?
Mengapa Emiten Laba Terkoreksi Masih Terbitkan Right Issue?
JAKARTA, SYAN7 – Laporan kinerja Kuartal III/2025 yang menunjukkan perlambatan laba di sektor-sektor kunci, ternyata tidak menghentikan rencana sejumlah emiten untuk melakukan aksi korporasi pengumpulan modal. Fenomena ini menunjukkan adanya urgensi pendanaan di tengah tekanan ekonomi, di mana perusahaan membutuhkan dana segar tidak hanya untuk ekspansi, tetapi juga untuk menutupi kebutuhan modal kerja yang kian mahal.
Kontras Kinerja dan Kebutuhan Modal
Di satu sisi, data menunjukkan bahwa emiten perbankan (BBNI dan BMRI) dan telekomunikasi (TLKM dan ISAT) mencatat penurunan laba bersih di Kuartal III/2025. Sementara di sisi lain, pasar dihadapkan pada jadwal aksi korporasi Right Issue (Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu/HMETD) dari emiten seperti PANI dan IMJS pada Desember 2025.
Aksi Right Issue ini menandakan adanya kebutuhan modal signifikan, yang harus dipenuhi melalui pasar saham agar rasio utang tidak melonjak terlalu tinggi.
Tiga Alasan Laba Turun, Modal Harus Naik
Terdapat tiga alasan utama mengapa banyak perusahaan memilih menggalang dana melalui Right Issue (HMETD) meskipun kinerja laba Kuartal III mereka tertekan:
1. Biaya Dana yang Mahal (Sektor Keuangan & Korporasi)
Kenaikan suku bunga acuan membuat biaya pinjaman bank menjadi sangat mahal. Bagi emiten seperti bank (BBNI, BMRI), menjaga likuiditas menjadi prioritas utama, yang menuntut mereka membayar biaya dana (cost of fund) lebih tinggi untuk DPK.
Bagi emiten korporasi, meminjam dari bank di Kuartal IV menjadi opsi yang kurang menarik karena bunga yang tinggi. Oleh karena itu, Right Issue yang melibatkan standby buyer menjadi cara yang lebih efisien untuk mendapatkan dana segar.
2. Kebutuhan Capex Tak Terhindarkan (Sektor Telekomunikasi)
Emiten seperti TLKM dan ISAT terus menghadapi beban investasi besar (Capital Expenditure/Capex) untuk pengembangan jaringan 4G/5G, meskipun laba bersih mereka terkoreksi.
Right Issue yang dilakukan oleh emiten lain seperti PANI (Harga Pelaksanaan Rp 12.975) atau IMJS (Harga Pelaksanaan Rp 230) kemungkinan besar bertujuan untuk membiayai proyek ekspansi atau refinancing utang lama, yang tidak bisa ditunda meskipun laba Kuartal III sedang loyo.
3. Memperkuat Struktur Modal (Menghadapi Ketidakpastian)
Laba yang tertekan (misalnya penurunan laba SMGR 84%) dapat melemahkan rasio keuangan perusahaan. Dengan menerbitkan saham baru melalui Right Issue, perusahaan dapat memperkuat ekuitasnya dan meningkatkan rasio kecukupan modal. Ini menjadi bantalan penting untuk menghadapi ketidakpastian Kuartal IV/2025.
Implikasi Bagi Investor
Bagi investor, Right Issue di tengah koreksi laba harus dicermati sebagai sinyal dua sisi:
Sisi Positif: Perusahaan memiliki komitmen untuk mendanai proyek masa depan yang diharapkan meningkatkan laba di tahun mendatang.
Sisi Negatif: Adanya potensi dilusi kepemilikan bagi pemegang saham lama yang tidak menggunakan haknya, terutama jika harga pelaksanaan (seperti PANI Rp 12.975) dianggap tinggi.
Kesimpulan: Right Issue yang puncaknya terlihat pada Cum Date 8 Desember 2025 adalah mekanisme fundraising yang tak terhindarkan. Hal ini mengonfirmasi bahwa tekanan finansial di pasar menuntut perusahaan untuk mencari sumber modal yang paling efisien, bahkan ketika fundamental laba mereka sedang diuji.
