Tekanan Suku Bunga Global Hantam Laba Bank Jumbo, BBNI & BMRI Kompak Terkoreksi 9-10%
📰 Analisis Mendalam: Tekanan Suku Bunga Global Hantam Laba Bank Jumbo, BBNI & BMRI Kompak Terkoreksi 9-10%
JAKARTA, Bisnis.com – Sektor perbankan jumbo Indonesia, yang selama ini dikenal sebagai benteng pertahanan IHSG, mulai menunjukkan retakan di tengah kondisi makroekonomi yang menantang. Data laporan Kuartal III/2025 mengungkapkan bahwa dua bank BUMN terbesar, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), mencatatkan penurunan laba bersih secara year-on-year (YoY) dengan persentase yang hampir seragam.
Penurunan ini mengindikasikan bahwa tingginya suku bunga acuan dan pengetatan likuiditas global mulai membebani margin perbankan.
Data Utama: Koreksi yang Kompak
| Emiten | Laba Bersih Q3/2025 (Triliun Rupiah) | Penurunan Laba Bersih (YoY) |
| BBNI | Rp40,7 | 9.51% |
| BMRI | Rp37,7 | 10.20% |
Bukan Pertumbuhan Kredit, tapi Biaya Dana
Koreksi laba bersih yang kompak di kisaran 9-10% ini menjadi sinyal penting. Analisis mendalam menunjukkan bahwa tantangan utama bagi kedua bank raksasa ini di Kuartal III bukanlah pada rasio Non-Performing Loan (NPL) yang relatif terjaga, melainkan pada struktur pembiayaan mereka, yaitu Biaya Dana (Cost of Fund) yang merangkak naik.
Tekanan Likuiditas: Kenaikan suku bunga Bank Sentral untuk menahan inflasi secara otomatis meningkatkan biaya yang harus ditanggung bank untuk mendapatkan dana pihak ketiga (DPK). Kedua bank terpaksa menaikkan suku bunga deposito untuk mempertahankan DPK.
Struktur CASA: Meskipun DPK kedua bank tetap tumbuh (BMRI, misalnya, tumbuh 9,74%), rasio dana murah (Current Account Saving Account/CASA) berada di bawah tekanan karena nasabah cenderung memindahkan dana ke instrumen deposito berjangka yang menawarkan imbal hasil lebih tinggi. Pergeseran ini secara langsung menipiskan margin bunga bersih (Net Interest Margin / NIM) bank.
Kredit Termoderasi: Laju pertumbuhan kredit BMRI dan BBNI juga termoderasi, menjauh dari target awal tahun. Kondisi ini sejalan dengan kehati-hatian debitur korporasi besar dalam mengambil pinjaman baru di tengah ketidakpastian ekonomi.
Prospek Kuartal IV: Prioritas Likuiditas
Analis memproyeksikan Kuartal IV/2025 akan menjadi periode krusial bagi kedua bank. Meskipun tren pelemahan ini sudah diperkirakan, upaya BMRI dan BBNI untuk memenuhi kebutuhan likuiditas, seperti yang ditunjukkan dengan penerbitan obligasi pada paruh kedua tahun ini, menunjukkan langkah antisipatif.
Untuk membalikkan keadaan, manajemen kedua bank kemungkinan akan:
Fokus pada peningkatan kredit di segmen yang lebih resilient, seperti ritel atau UMKM.
Mengintensifkan strategi untuk menahan penurunan rasio CASA, meski persaingan dengan suku bunga deposito saat ini sangat ketat.
Apabila Bank Sentral menunjukkan sinyal pelonggaran kebijakan moneter pada akhir tahun atau awal tahun depan, sektor perbankan jumbo ini diharapkan menjadi yang pertama kembali pulih. Namun, untuk saat ini, investor perlu mencermati bagaimana kedua bank mampu menjaga kualitas aset di tengah tekanan biaya yang berkelanjutan.

Comments
Post a Comment